Minggu, 05 Juni 2011

Menyongsong Kehidupan Ukhrawi dengan Qolbun Salim

Oleh : Dr.KH.Ahmad Hasyim Muzadi


Pada hari akhirat nanti, ketika kita menghadap Allah SWT, maka kita harus menyetorkan seluruh amal kita. Semua itu sudah terdeteksi dengan rapi dan baik, karena sudah ada memory dan file-nya masing-masing sehingga tidak akan keliru. Amal kita tidak akan tertikar dengan orang lain, karena semenjak di dunia kita sudah diberi identitas. Identitaf yang biasa dipakai adalah sidik jari, ternyata tidak ada sidik jari manusia yang sama.
Semua tindakan kita secara lahir dan bathin "dengan sendirinya" tercatat. Kalau dalam bahasa agama amal kita telah dicatat oleh Malaikat Raqib dan 'Atid. Dulu saya membayangkan betapa besarnya buku amalan kita nanti. Umpama semua perbuatan kita sejak kecil ditulis, tentu bukunya bisa setara dengan satu masjid. Itu adalah bayangan kita ketika masih bodoh. Sekarang ini di HP atau komputer, perangkat yang begitu kecil bisa menyimpan data yang begitu besar. Allah SWT berfirman di dalam al-quraan, bahwa besok jika kita sudah masuk di alam akhirat, dari tengkuk kita ini akan keluar buku. Buku itulah yang merupakan buku catatan amal kita.
Allah SWT berfirman dalam Surat Asy-Syu'araa' : 88-89
             
(yaitu) pada hari (di mana) harta dan anak-anak tidak lagi berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Pada saat itu harta sudah tidak berguna, anak juga sudah tidak berguna. Karena harta itu hanya berguna di dunia saja, dan harta itu sendiri akan dibawa ke akhirat kalau harta itu diproses menjadi amal. Tapi selama harta masih berupa harta, maka harta itu tidak akan ikut kita. Anak-anak kita juga sudah tidak bisa mendo'akan kita lagi. Anak akan berguna secara maksimal kalau mereka memang mendo'akan kita dan mereka shalih hatinya. Adapun yang bisa diterima oleh Allah SWT adalah Qalbin Saliim (Hati yang selamat). Selamat dari syirik, kufur, dan selamat dari penentangan kepada Allah SWT, atau masalah-masalah yang menyangkut aqidah lainnya. Kalau menyangkut perkara amaliyah, maka ada hisabnya. Kalau menyangkut aqidah, maka sudah pasti ditolak, sebab bukan termasuk Qalbun Saliim.
Jadi ada dua hal yang perlu diperhatikan, bahwasanya di akhirat nanti ada posisi keimanan–keyakinan dan posisi amal baik-buruk. Oleh karenanya, orang-orang kafir tidak akan diterima amalnya sedangkan orang Islam yang berdosa akan dihitung dulu dosanya. Oleh karenanya, aqidah itu harus dijaga betul-betul agar tidak tertolak oleh allah SWT. Jadi yang dimaksud dengan Qalbun Salim adalah:
سَلِمَ مِنْ كُلِّ إِعْتِقَادٍ مُخْتَلِفٍ
Selamat dari semua keyakinan yang salah

Dan di dalam Hadits Rasulullah SAW disebutkan:
مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلاَمِهِ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barang siapa akhir kalamnya adalah لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, maka dia (pasti) masuk surga
Orang yang pada akhir hayatnya atau akhir ucapannya adalah kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, maka dia akan masuk surga. Masuk surga ini tidak lantas masuk surga begitu saja, karena ada hak untuk masuk surga. Itulah makna Hadits di atas. "Karcis-nya" harus ngantri di loket amalnya. Tapi kalau Qalbun-nya tidak Saliim, maka tidak ada loket lagi baginya. Oleh karenanya, hati-hatilah dan jagalah aqidah. Orang yang tidak shalat itu berdosa, tapi orang yang berani mengatakan shalat itu tidak perlu adalah kafir. Orang yang tidak kawin itu rugi, setelah kawin baru merasa rug. Tapi orang yang menentang lembaga perkawian bahwa hidup tidak usah kawin, itu adalah kafir. Jadi, penentangan terhadap ajaran pokok itu kafur, kalau belum bisa melakukan ajaran pokok itu berarti dia berdosa. Saya ingatkan masalah ini, karena anak-anak muda sekarang ini sudah ndak karu-karuan. Karena ingin modern seperti Amerika, mereka berani bilang shalat tidak perlu. Kalau dia malas shalat, dia berdosa. Tapi kalau dia bilang shalat tidak perlu, berarti dia telah menghapuskan syari'at.
Sekarang ini ada yang namanya "ilmu dajjal" baru yang biasa disebut Hermeneutika. Agama dijujuk essensi dan tujuannya, tidak pada proses, bentuk, dan lakunya. Misalnya; Shalat dilakukan supaya hati menjadi tenang, sedangkan kalau sudah tenang tidak perlu shalat. Itu termasuk Hermeneutika. Zakat disyari'atkan karena orang tidak cukup makan, ketika rakyat sudah cukup makan, maka syari'at zakat tidak lagi diperlukan. Inilah yang saya katakan; "Orang yang menjalankan ibadah tidak boleh mengambil hikmahnya saja, karena belum tentu dia menduga hikmahnya itu benar dan belum tentu hikmahnya cuma yang dibicarakan itu saja. Shalat untuk ketenangan, tapi apakah shalat hanya untuk ketenangan hati saja? Tentu tidak.
Semua contoh tadi termasuk cakupan ilmu hermeneutika yang ujung-ujungnya adalah menuruti selera syahwat dan nafsu. Jadi, mereka mengukur sesuatu berdasarkan selera. Ilmu hermeneutika ini datang dari Yahudi. Sebenanya "penyakit" di dunia ini 50 % lebih berasal dari Yahudi, tapi kemajuan di dunia ini 50 % kurang sedikit juga berasal dari Yahudi. Hati-hatilah pada ajaran yang seperti itu.
Sehingga yang perlu kita jaga saat ini adalah Qalbun Salim. Dari Qalbun Salim inilah kita harapkan bisa muncul amal sholeh, kemudian amal shalih itulah yang kita bawa ke hadapan Allah SWT. Perlunya untuk apa? Perlunya adalah semua yang kalian punyai, proseslah menjadi amal, akhirnya bisa menjadi modal menghadap Allah SWT. pintar itu belum menjadi modal, pintar akan menjadi modal kalau sudah dijadikan amal, misalnya; kepintaran itu digunakan untuk belajar maupun mengajar. Belajar dan mengaja itu amal, tapi volume ilmu itu belum menjadi amal. Contoh lain: Mencari harta untuk makan itu adalah amal, tapi kalau kita terima masih berupa barang, berarti belum menjadi amal, kecuali kalau sudah ditasharufkan. Ada seorang sufi yang berkata: "Kalau kamu ingin membawa seluruh harta, maka lepaskanlah harta itu. Kalau kamu ingin meninggalkan harta itu, maka peganglah terus-menerus". Karena kalau kamu pegang terus-menerus akan menjadi harta waris pada anak-cucu, karena harta itu tidak mungkin dibawa ke alam kubur. Tapi kalau harta itu kamu tasharufkan, maka harta itu akan mengikuti kamu.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujuurat : 1
          •   •    
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Kamu jangan membawa harta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, karena harta itu bikinan Allah SWT, maka Allah tidak memerlukan harta, demikian juga dengan Rasul-Nya. Maka dari itu, jangan menyerahkan harta kepada-Nya, karena yang demikian itu adalah pekerjaan orang musyrik. Contoh: Beberapa hari yang lalu, Gunung Bromo dikabarkan akan meletus, lalu masyarakat berbondong-bondong membawa kambing, ayam, bebek, dsb. untuk dimasukkan di situ. Saya tanya, kenapa dicemplungno? Mereka menjawab: "Kita kirim kepada tuhan". Untuk apa tuhan kok makan bebek? Tuhan itu yang membuat ayam, maka Dia tidak memerlukan Ayam. Tuhan tidak memerlukan binatang qurban. Yang sampai kepada Allah SWT bukan daging qurban, melainkan patuh jika disuruh berqurban. Jadi yang dikirim adalah ketaatan.
Demikian juga dengan orang yang mencari ilmu, ada yang pintar, bodoh, atau terlalu bodoh. Tapi sekolahnya orang pintar maupun orang bodoh itu pahalanya sama, meskipun pintarnya tidak sama. Karena yang dihitung bukan kadar ilmu yang diperolah, melainkan ketaatannya untuk mencari ilmu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujuraat : 1
          •   •    
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Perhatikan! di sini ada aqidah, ada amal, dan ada niat. Adapun niat di sini adalah dengan jiwa Basmalah. Kalau Basmalah itu sampai di hati, maka akan terasa. Oleh karena itu, orang wiridan atau berdizkir dzikir itu tergantung pada qalbun-nya, apakah salim atau tidak. Jika saya dan kamu membaca kalimat لا إله إلا الله, hasilnya tidak sama dengan orang yang membaca kalimat itu dengan hati yang bersih. Orang yang dzikir dengan hati yang bersih itu ibarat cangkir, kalau dituangi air, air itu akan masuk; sedangkan kalau cangkirnya miring, maka air yang masuk hanya sedikit, dan kalau cangkir itu tengkurap, maka meski di sirami dengan terus menerus maka tetap tidak akan penuh. Maka dari itu, usahakan berdzikir dengan qalbuun salim (hati yang selamat).
Selanjutnya, qalbun salim, amal shalih dan niat tadi akan menghadapi yang namanya penyakit-penyakit hati dan Penyakit hati inilah yang akan mengganggu hati kita. Adapun kondisi hati (nafsu) kita ada beberapa macam:
1. Hati (Nafsu) Muthmainnah
Kondisi hati yang paling tinggi disebut dengan hati yang Muthmainnah sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Fajr : 27-30
 • •      •       • 
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.
Maksudnya: Hati yang Muthmainnah adalah hati yang tenang. Yang dimaksud di sini adalah qalbun salim. Berkenaan dengan Hati yang kembali kepada Allah SWT ini, dalam Surat Thaahaa : 55 disebutkan:
        
Dari bumi (tanah) Itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,
2. Hati (Nafsu) Lawwamah
Nafsu Lawwamah adalah hati yang mendapatkan gangguan, tapi masih pertolongan dari Allah saw. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qiyamah : 2
  •  
Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)
Ayat di atas dapat diartikan: Ojo njagakno hati yang Lawwamah.
Hati Lawwamah inilah yang pada umumnya kita miliki. Hati Lawwamah itu kadang ingat, kadang rajin ngaji, kadang nakal ndak leren-leren.
Kenapa hati disebut dengan qalbun? karena hati itu tidak pernah jelek. Hati itu molak-malik dan tidak pernah tetap; antara derita dan bahagia, antara senang dan benci, antara benci dan rindu. Orang itu kalau sedang rindu, pasti benci kalau tidak kunjung bertemu, tapi kebencian itu juga mengandung kerinduan. Kadang-kadang benci dan rindu menjadi satu, sehingga benci tetapi rindu. Padahal kalau benci mestinya tidak rindu dan kalau rindu mestinya tidak benci; inikan menurut otak kita, sedangkan hati kita tidak bisa begitu.
Hati Lawwamah itu diajak bagus mau dan diajak jelek juga mau. Adapun hati Muthmainnah itu kondisinya sudah mapan dan sulit untuk diajak jelek. Oleh karena itu, orang yang mempunyai hati Lawwamah mau diajak ngaji juga mau diajak dangdutan. Akhirnya dia menjadi panitia bermacam-macam kegiatan, misalnya: panitia Nuzulul Qur'an sekaligus panitia jaran kepang.

3. Hati (Nafsu) Ammarah
Kondisi hati yang berat adalah nafsu Ammarah. Nafsu Ammarah ini nafsu yang tidak ada keinginan untuk berbuat baik. Misalnya: Ketika mempunyai uang, dia tida ragu-ragu untuk mengeluarkan banyak uang untuk ngelencer dan dia tidak mau memberi uang kepada saudaranya yang sambat kurang makan. Hati Ammarah ini hati yang keras sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah : 74
          
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Demikian juga dalam Surat Al-Baqarah : 10 disebutkan:
             
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Jadi orang yang mempunyai nasfu Ammarah itu di dalam hatinya ada penyakit. Yang dimaksud penyakit hati di sini bukan liver, namun penyakit hati dalam arti spiritual.
Menurut Imam Ghozali RA, salah satu dari kekuasaan Allah SWT adalah keajaiban hati. Coba kamu pikir!, hati itu mempunyai tiga bagian: bagian kiri, kanan dan tengah. Rasa senang dan rasa sedih ada di situ, namun seumpama dicari oleh dokter, niscaya tidak akan ketemu. Perhatikan hubungan alam dzahir dengan alam ghaib dalam hati yang sungguh luar biasa itu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mukminuun : 14
    
. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.



Karena di dalam hati itu ada penyakitnya, maka Allah SWT menurunkan obatnya sebagaimana dalam Surat Yunus : 57
 ••   •          
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Jadi, Allah SWT itu telah membuat segalanya. Allah SWT membuat hati, penyakit hati dan obatnya sekaligus.
Mau'idzah, Hudan dan Rahmat tadi ditujukan untuk orang-orang yang beriman. Kalau tidak beriman, maka tidak akan bisa memperolehnya. Bagaimana mungkin seseorang mau ada penyembuhan di dalam hati, padahal dia tidak beriman kepada Dzat yang mempunyai hati?.
Sekarang ada fenomena baru. Ada anak-anak yang nakal disembuhkan dengan ibadah; anak-anak yang terkena narkotika disembuhkan dengan ibadah. Namun hal itu bukan hanya milik orang Islam, karena orang Katholik juga mempunyai panti-panti penyembuhan seperti itu, hanya saja penyembuhan mereka hanya sampai pada tingkatan mau'idzah (terapi insaniyah). Kalau kita umat Islam ini sambung sampai pada tauhid, sedangkan mereka berhenti pada proses metabolisme spiritual.
Tidak hanya berkenaan dengan penyembuhan di atas, bahkan ilmu kebathinan dan ilmu kebal juga bisa dilakuan oleh orang-orang di luar Islam. Tetapi ilmu mereka menggantung, karena tidak sampai pada tauhid kepada Allah SWT. Yang demikian itu juga ada di dalam Islam, namun karena menggantung kepada Allah SWT. Sehingga ujung-ujungnya pasti kembali kepada Allah SWT, baik kepada mau'idzah, syifa', hudan maupun Rahmat-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons