Senin, 13 Juni 2011

Humor

sumber: NUOnline diakses 21 Juni 2006 21.00

HUMOR

* AS Hikam dan Kitab Hikam (16 Juni 2006)

* Hukum Sadakallahul 'azim (10 Juni 2006)

* Guyonan Khas wong NU (10 Juni 2006)

* Faslun fi Babil Bom (2 Juni 2006)

* Acara Sertijab Menteri Tertinggal (2 Juni 2006)

* Mbah Maridjan “Beragama” NU (1 Juni 2006)

* Balada Wakidjan (16 Mei 2006)

* “Efek Samping” dan “Efek Depan” (8 Mei 2006)

* Hukum orang telanjang (3 Mei 2006)

* Sejarah Wabillahi Taufiq Wal Hidayah (29 April 2006)

* Kantor Asranawa dan Kantor Asranawi (29 April 2006)

* RUU APP : Antara 10 % dan 90 % (26 Maret 2006)

* Mamnu' Dhukhul (17 Maret 2006)

* Gus Dur dan Castro (16 Maret 2006)

* Kisah Sastrawan dan Politisi (17 Februari 2006)

=====================
AS Hikam dan Kitab Hikam

Saat masih sangat dekat dengan Gus Dur dulu, Suatu kali AS Hikam diajak Gus Dur berkunjung ke Pesantren pada sebuah acara pengajian. Kisah ini terjadi sebelum Gus Dur menjadi presiden.


Selesai ceramah, Gus Dur pamit kepada kyai tuan rumah untuk meneruskan kunjungan ke pesantren berikutnya. Sambil pamit, Gus Dur bilang, “Aku titip Hikam di sini.” Kata Gus Dur kepada Kiai tersebut
Waktu itu AS Hikam belum kondang nian seperti sekarang. Sang kyai menyangka “Hikam” adalah nama sebuah kitab. Ia pun mengiyakan begitu saja pesan Gus Dur.

Begitu Gus Dur pergi, sang kyai segera mencari “kitab” itu. Dicari-cari tak juga ketemu, akhirnya ia mengerahkan para santri untuk mencari di mana gerangan kitab itu diletakkan. Kekonyolan ini baru berakhir setelah ia diberi tahu oleh seorang santri bahwa yang dimaksud Hikam itu, bukan kitab tasawuf yang biasa dikaji, tapi nama orang.

“Hikam yang dimaksud itu, dia yang bersama Gus Dur tadi.” Kata santri yang kebetulan telah mengenal nama AS Hikam

“Oh… jadi Hikam itu nama orang.

(alf/berbagai sumber)

==========================

Hukum Sadakallahul 'azim

Akhir-akhir ini para santri di sebuah pondok pesantren resah dan bingung dengan ucapan "sadakallahul azim". Keresahan itu akhirnya diungkapkan di pertemuan. Sebagaimana tradisi di NU para santri mengeluhkan ke kyai nya. Keluhan itu diutarakan seperti hubungan antara bapak dan anak.

Seorang santri bertanya dengan nada resah, "Kyai, kok sekarang banyak isyu yang bikin nggak enak yaitu tidak boleh mengucapakan sadakallahul azim setelah mebaca ayat suci al-quran". Karena hal itu termasuk bid'ah, lanjut si santri. Pertanyaan itu juga dihiyakan oleh santri-santri yang lain dengan wajah sangat serius dan sedih.

Mimik wajah kyai pun langsung terlihat sedikit memerah meskipun tetap terpancar keceriaan dan kesabaran yang luar bisa sambil menjawab, "Ya ..lha wong masih mengucapkan sadakallahul azim saja masih banyak kader NU yang liberal meragukan al qur'an apalagi tidak mengucapkan".

Tanpa jeda waktu, jawaban Sang kyai disambut gelak tawa dan ger-geran para santri yang telah menjadi tradisi di pesantren. Para santripun akhirnya meninggalkan pertemuan itu sambil bisik-bisik , " Berarti kita boleh melajutkan ucapan sadakallahul 'azim untuk selalu mengingatkan rasa keimanan kita".

(Joko Sumiyanto, Mississippi-USA)
Email : jsumiyanto@yahoo.com

==============================

Guyonan Khas wong NU

Pada berbagai kesempatan, ketua umum PBNU selalu mengampanyekan paham Islam moderat yang berdasarkan konsep rahmatan lil alamin. Tidak saja ke berbagai wilayah Indonesia, penyebarluasan paham itu juga dia lakukan di negara-negara di Asia Tenggara, sejumlah negara Islam di Timur Tengah, Amerika Serikat, bahkan hingga ke Vatikan.

''Saya pernah diundang Raja Bhumibol Adulyadej untuk mendamaikan pertikaian pemerintah Thailand dan umat Islam di sekitar Pattani, Thailand Selatan. Di sana raja sudah seperti dewa, jadi elek-elek ngene, saya pernah diundang oleh dewa.''

Mantan Ketua PWNU Jatim ini jeda bicara sesaat, saat hadirin tertawa mendengar selorohnya, ia mengatakan, ''Saya heran kenapa diundang untuk mendamaikan pertikaian di negeri orang. Di NU sendiri, gegeran gak uwis-uwis.''

Tak lupa, dia juga bercerita tentang Konferensi Islam Internasional (International Conference of Islamic Scholars/ICIS).

Konferensi yang diprakarsai NU itu digelar kali pertama pada akhir 2004 dengan menghadirkan pemuka-pemuka Islam dari berbagai belahan dunia. Pertemuan untuk menyebarkan paham rahmat bagi seluruh alam itu memperoleh respons positif dari berbagai negara.

''Kalau rezeki NU mencukupi, insya Allah akan digelar lagi pada 2006 mendatang. Itu bisa terwujud, jika Sampeyan semua mengirim SMS...''

Mendengar guyonan itu, nyaris ulama yang hadir tertawa sembari bertepuk tangan. Lo, apa hubungan ICIS dengan SMS? Beberapa saat sebelum cak Hasyim menyampaikan taushiyah, salah seorang Ketua PBNU H Rozy Munir memperkenalkan SMS Infak yang merupakan hasil kerja sama dengan operator seluler Telkomsel, Pro-XL, dan Indosat. Lewat program itu, setiap nahdliyyin di mana pun berada, bisa berinfak Rp 5.000 atau Rp 10.000 ke Nahdlatul Ulama lewat SMS.

''Wis keplok kenceng-kenceng, durung mesthi kirim infak. Masiya didalili, ya ngerti dalile, tapi metu dhuwike tetep uangel (Sudah bertepuk tangan keras-keras, belum tentu mengirimkan SMS infak. Walaupun sudah diberi dalil, sudah tahu dalilnya, tapi uangnya tetap tidak keluar--Red),'' imbuh Pak Hasyim yang lagi-lagi disambut tawa hadirin.

(Achiar M Permana, Jamal Al Ashari)

==============================

Faslun fi Babil Bom

Saat memberikan taushiyah di hadapan 1.500-an pengurus NU dari tingkat wilayah, cabang, hingga majelis wakil cabang (MWC) se-Jateng tentang konsep Islam moderat, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi tak henti-hentinya menyelingi kelakar dan guyonan khas pesantren.

''Dalam pemahaman Islam moderat, NU tidak mengalami perubahan. Kalaupun sedikit berubah, hanya cara dan teknologinya yang digunakan, sejak Hadratusyekh Hasyim Asy'ari hingga Hasyim Muzadi sekarang ini...,'' tuturnya.

Dia mengungkapkan, walaupun model keislaman NU itu moderat, tapi tetap menjalin komunikasi dengan kelompok-kelompok Islam dari berbagai aliran, termasuk dengan mereka yang dicap beraliran keras dan memegang teguh konsep berjihad dengan pemahaman yang kurang tepat.

''Pesantren-pesantren NU itu kitab kuningnya sakthekruk (banyak sekali), tapi tak ada yang mengupas faslun fi babil bom (bab yang menerangkan tentang bom) .” Lanjut Hasyim, lagi-lagi diringi tepuk tangan meriah

“koyok doroae, dikeploki balik-balik (kayak Burung Dara aja, ditepuki berkali-kali).” Seloroh Hasyim sambil menutup sambutannya. (alf)


=====================
Acara Sertijab Menteri Tertinggal

Saat memberikan sambutan pada serah terima jabatan Menteri Pembangunan dan Percepatan Daerah tertinggal dari bapak Manual Kaesiepo kepada dirinya, kemenakan Gus Dur itu tidak henti memancing tawa para staf kementerian yang berada satu kompleks dengan Kantor Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut. Misalnya, Saiful yang kemarin tampil necis berjas layaknya pejabat negara sama sekali tidak menyebut Manuel sebagai senior, tetapi sebagai gurunya.

Ketua umum GP Ansor itu pun bercerita, saat dirinya menjadi wartawan baru di tabloid Detik, yang kemudian dibredel pemerintahan Orde Baru, dia justru banyak belajar dari Manuel yang saat itu menjadi wartawan senior harian Kompas.

Dia pun bercanda dengan meminjam guyonan ala warga Madura.

"acara sertijab Ini adalah penyerahan guru kepada murid, dari yang manual (manuel) sampai ke digital" kata saifullah

"Dalam istilah orang Madura, Pak Manuel itu menterinya, saya hanya penggantinya," lanjutnya yang disambut gelak tawa para staf dan pegawai kementerian.

"Tadi Pak Manuel bilang, meski fisiknya ke luar dari sini, hatinya tetap di sini. Saya berharap tak hanya hatinya yang tetap di sini, tapi juga fisiknya," kata Saiful.

"Jadi, saya persilakan Pak Manuel setiap hari datang ke sini," imbuhnya yang lagi-lagi disambut tawa para staf.

Manuel yang berdiri di samping Saiful, tampaknya, tak kuasa menahan tawa. Dia pun manggut-manggut.

"Saya siap membantu menteri tertinggal!" balasnya.

Mendengar jawaban ini, tanpa diberi aba-aba, para staf yang berjumlah 280 orang bertepuk tangan bersama-sama.

(dari beberapa sumber. Alf)

==================================

Mbah Maridjan “Beragama” NU

Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi membawa oleh-oleh menarik dari Lereng Merapi.

Saat berkunjung ke tempat pengungsian beberapa waktu lalu, Hasyim berkesempatan bertemu dengan Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi.

Pada kesempatan itu Hasyim menghadiahi sebuah jaket yang pada bagian belakangnya terdapat gambar logo Nahdlatul Ulama (NU).

Mengetahui hal itu, Mbah Maridjan kontan mengatakan, “Nggih niki agomo kulo. Agomo kulo niku NU,” (“Ya ini agama saya. Agama saya itu adalah NU”) serunya seraya menunjuk logo NU pada jaket tersebut.

Penasaran, Hasyim lantas bertanya, “Sanes Islam, Mbah?” (“Bukannya Islam, Mbah?”)

“Nggih sami mawon,” (“Ya sama saja”) jawab Mbah Maridjan sambil tertawa.

Usut punya usut, ternyata tokoh masyarakat setempat yang belakangan kerap menghiasi layar televisi ini adalah warga NU. Bahkan, hingga saat ini, Mbah Maridjan masih menjabat sebagai Ketua Syuriah Majelis Wakil Cabang NU Cangkringan, Sleman.

=======================================

Balada Wakidjan

Begitu terpesonanya Wakidjan pada seorang peneliti bule Australia yang sedang blusukan (keluar-masuk) meneliti kultur pesantren. Karena kebetulan Wakidjan bertetangga dengan pesantren tersebut, ia antusias mengikuti setiap acara yang menghadirkan si bule tersebut menjadi narasumber.

Pada suatu kesempatan, si bule menjadi nara sumber diskusi yang digelar OSIS Madrasah Aliyah di pesantren itu. Usai presentasi, semua hadirin bertepuk tangan. Wakidjan juga bertepuk tangan sambil berteriak, "Not a play! Not a play!" bule cantik itu bengong. "Not a play?”

"Yes. Not a play. Bukan main."

Tukidjo yang menemani Wakidjan terperangah.

"Bukan main itu bukan not play, Djan," tangkas temannya Tukidjo

"Your granny (Mbahmu)”

“Saya sudah periksa di kamus kok" ungkap Wakidjan tak mau kalah Lalu berpaling ke peneliti berambut blonde (pirang) itu sambil berkata, "Lady, let's corner (Mojok yuk).”

“But don't think that are nots (Jangan berpikir yang bukan-bukan). I just want a meal together (hanya ingin ngemil bareng).”

"Ngaco kamu, Djan," Tukidjo tambah gemes

"Don't be surplus (jangan berlebihan), Djo,” kata Wakidjan mulai jengkel karena Tukidjo campur tangan.

Be wrong a little is ok toch.?" lanjut Wakidjan dengan PeDe-(percaya diri, red)-nya.

Si bule yang biasa pakai jas ini cuma senyum kecil.

”I am Sorry, I can not go.” kata si bule merespon tawaran Wakidjan.

"Sorry if my friend make you not delicious (maaf kalau teman saya bikin kamu jadi nggak enak, different river, maybe (lain kali, mungkin),” sambut Wakidjan ramah.

“I will not be various kok (saya nggak akan macam-macam kok),” lanjutnya.

Setelah peneliti bule itu pergi, Wakidjan menatap Tukidjo dengan sebal.

”Disturbing aja sih, Djo.”

“Does the language belong to your ancestor (emang itu, bahasa punya moyang lu)?"

Tukidjo cari kalimat penutup. "Just itchy, Djan, because you speak English as delicious as your (gatel aja, Djan, soalnya kamu ngomong Inggris seenak udelmu dewe)

Wakidjan cuma bisa merutuk dalam hati.

"His name is also effort." (namanya juga usaha).

Pengirim: Sigit Gunawan

===============================

“Efek Samping” dan “Efek Depan”

Dalam sebuah obrolan menarik seputar pro-kontra Rancangan Undang-undang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP) antara Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj dengan sejumlah kiai Jawa Timur terjadi perdebatan serius tentang hukum pornografi dan pornoaksi dalam Islam.

“Melihat foto, lukisan atau gambar orang telanjang itu pada dasarnya tidak haram,” kata Kang Said, begitu ia akrab disapa, kepada para kiai.

“Kok bisa? Apa dasarnya Kang Said bilang begitu ?” tanya salah seorang kiai menyela pembicaraan Kang Said dengan penasaran.

“Tidak ada dasarnya,” sambung Kang Said. “Maksudnya, sampai saat ini belum ada dasar hukum yang mengharamkan atau menghalalkan melihat foto orang telanjang,” terangnya sambil menyebut sejumlah hadis untuk memperkuat argumennya.

Para kiai terdiam sejenak mendengar uraian Kang Said tersebut.

Tak lama Kang Said kembali meneruskan pembicaraannya. “Yang haram itu efek ‘samping’-nya. Yakni efek samping setelah melihat gambar, lukisan atau foto orang telanjang itu. Itu yang haram” jelasnya dengan nada serius.

Seorang kiai lantas nyeletuk, “Kang Said… yang haram itu bukan efek sampingnya, tapi ‘efek depan’.

“Ha… ha… ha…,” serentak para kiai tertawa kecuali Kang Said. Ia hanya diam seribu bahasa tak berkomentar sedikit pun sambil sesekali menahan senyum terpaksa. (rif)

=========================================

Hukum orang telanjang

Saat marak membicarakan pornografi dan pornoaksi dalam RUU APP diberbagai kalangan, seorang santri membahasnya juga dalam halaqoh bersama sang kiai.
"bagaimana dengan maraknya pornografi dan pornoaksi dalam tinjauan fiqh,kiai," tanya santrinya
"jangan jauh-jauh bicara fiqh. bicara dengan kearifan budaya kita saja, kalau tampilannya agak vulgar apalagi dimuat di TV maka kayaknya nggak pantes kan" jawab kiai
"nah pandangan ga pantes itu pandangan bnudaya kita," lanjut kiai
"selain itu, bisa berbahaya bagi pendidikan generasi kedepan kan kiai ," tegas para santri
tapi kita harus berhati-hati bicara halal haram (dalam tinjauan fiqh). ada yang bertanya, orang telanjang di panggung itu, halal atau haram kiai? Saya bilang halal. Kenapa? Karena orang yang mau telanjang di panggung itu pasti orang gila. Orang gila tidak bisa dihakimi. Benar apa salah," papar Kiai disambut derai tawa para santri

=============================

Sejarah Wabillahi Taufiq Wal Hidayah

Saat acara peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46 . Sejumlah tokoh nasional, Angkatan ’66 dan ratusan kader PMII hadir dalam acara yang digelar di Hotel Acacia, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (20/4).

Dalam sambutannya, Gusdur menegaskan tentang komitmen keindonesiaan & kebangsaan dengan cara mengawal terus Indonesia dengan islam ala Indonesia.

Setelah berbicara panjang lebar, dia bermaksud menutup pidato dengan ucapan "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba-tiba dia diam sejenak....

"saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yang khas NU" jelas cucu pendiri NU ini.

"dulu ulama-ulama NU, sepakat menggunakan wabillahi taufiq wal hidayah untuk ucapan penutup dan Nahdlyiin (warga NU,red) wajib mengikuti. tapi setelah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu untuk menutup setiap pidato kampanyenya." ungkap ketua dewan Syuro PKB ini

Nah setelah itu, lanjut gusdur, para ulama NU sepakat menggantinya dengan yang lain. muncul ide agar di ganti dengan "wallohul Muwafiq ila aqwamith Thariq" dari seorang Kiai kharismatik asal Magelang lalu dipakailah hingga kini.

"jadi Golkar minjem "wabillahi taufiq wal hidayah" dari NU dan belum dikembalikan hingga saat ini," kata gusdur yang diiringi gelak tawa hadirin, termasuk Slamet Effendi Yusuf yang hadir saat itu.

"untuk itu saya akhiri dengan wallohul Muwafiq ila aqwamith Thariq," ungkap gusdur menyudahi

(Alf)

==============================

Kantor Asranawa dan Kantor Asranawi

Perpecahan di tubuh PKB yaitu antara PKB Alwi dan Muhaimin, sangat disayangkan oleh banyak konstituennya. apalagi konstituen yang tinggal di Jawa Timur (Jatim,red) , sebagai basis partai yang kelahirannya dibidani oleh NU ini.

Alkisah saat terjadi dua kepemimpinan di PKB Jatim , banyak konstituen PKB yang risau, entar siapa yang menempati kantor PKB yang baru berdiri itu. apakah ketua PKB kubu Alwi yaitu Khoirul Anam, yang konon pendiri kantor Asranawa itu, ataukah ketua PKB kubu Muhaimin yaitu Imam Nahrowi ?

Ternyata apa yang dirisaukan konstituen PKB ini terjadi. para pendukung masing-masing kubu merasa sama-sama berha untuk menduduki kantor megah itu. tarik menarik antara siapa yang berhak, akhirnya memanas.

atas dasar asas keadilan akhirnya masalah itu diserahkan oleh masing-masing pendukung dua kubu tersebut. setelah melakukan negosiasi dan lobying, juru bicara kedua kubu itu berkata

"kami dari kubu PKB cak Anam (panggilan akrab Khoirul Anam,red) menyatakan cak Anam berhak menempati Kantor Asranawa," ungkapnya lantang dan Penuh percaya diri

"kami dari kubu PKB Muhaimin,menyatakan rela kantor Asranawa ditempati cak Anam, sedangkan kami anak buah cak Nahrowi akan menempati Kantor Asranawi" ungkapnya lebih lantang lagi.

(alf)

=====================================

RUU APP : Antara 10 % dan 90 %

Rancangan undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) mengundang perdebatan dari banyak pihak, baik yang pro maupun kontra, bahkan yang bersikap netral dalam artian ”tergantung siapa yang berani bayar”. Tidak hanya tokoh dan organisasi agama tapi juga kalangan LSM, artis, pengusaha, pendidik dan lain-lain saling mendiskusikannya.

Bagi yang mendukung RUU APP, mereka melihat bahwa eksploitasi industri hiburan terhadap aspek yang mengandung unsur porno ini bisa merusak generasi muda saat ini dan mendatang seperti film porno, tapi bagi yang menolak RUU APP, menganggap bahwa undang-undang ini bisa membatasi ruang gerak perempuan.

Ditengah ramainya perdebatan tersebut, ternyata satu lembaga penelitian menyebutkan hasil resetnya ”bahwa hanya 10 % remaja yang menyukai film porno”, hasil penelitian itu menjadi headline koran.

Banyak yang terkejut akan hasil riset ini, Tidak hanya ormas agama, tapi para artis pun berdatangan meminta klarifikasi kepada lembaga reset tersebut.

”ya, kami memang menemukan hanya 10 % remaja yang menyukai film porno ” kata project officernya penuh percaya diri saat memberi klarifikasi

”saya kira, penelitian anda itu ngawur, bagaimana mungkin Cuma 10 % remaja yang suka film porno, kita bisa lihat kasus Bandung lautan api, kasus mahasiswa Yogyakarta dan lainnya, ” kata salah seorang audient berapi-api.

”betul, film porno adalah sumber inspirasi bagi remaja untuk melakukan kemaksiatan dan harus diberantas, Allahu Akbar”, tegas seorang lainnya

”maaf, memang hasil riset kami menemukan bahwa hanya 10 % remaja yang menyukai film porno,tapi 90 % nya sangaaaaat suka ”, papar peneliti dengan santainya

Audient : ???

(Alf)
==============================

Mamnu' Dhukhul

Bagi santri, apalagi mereka yang nyantri di pesantren yang biasa mengaji kitab kuning, bahasa arab yang dipahami itu bahasa arab yang ada di kitab. padahal untuk percakapan, orang arab menggunakan bahasa arab pasaran. Akibatnya, kadang terjadi salah paham

Alkisah, ketika seorang santri baru tiba di Mesir, dia berjalan-jalan menikmati indahnya piramida yang berada di hamparan padang pasir, ditemani senior di pesantrennya dulu yang sedang menempuh Master degree (S2) di Al-Azhar.

"sebuah peradaban besar telah diciptakan disini" katanya penuh kagum

Setelah senja tiba, santri yang baru diterima di Universitas Al-Azhar ini berniat pulang ke Ma'had (asrama). Ia dan temannya melewati ujung gang, disitu terdapat tulisan Arab berbunyi : "Mamnu' Dukhul"

Santri tersebut kaget setengah mati saat membaca tulisan itu. setahu dia "dukhul" itu di kitab kuning artinya bersetubuh, sedang "mamnu' " itu artinya dilarang.

"Kok begituan di jalan...." gumamnya bingung

tahu kebingungan Temannya, sang santri senior tadi menjelaskan "dhukhul" yang dimaksud artinya "dilarang masuk" . karena jalan itu satu arah sehingga dari arah yang berlawanan tidak boleh masuk. (Alf)

================================
Gus Dur dan Castro

Waktu itu, Gus Dur --presiden-- menghadiri perteman tingkat tinggi kepala-kepala negara dunia. Setiap kepala negara diberi kesempatan berpidato 5 menit. Agar tidak ada yang lupa dan berlantur-lantur pidatonya, sengaja di depan mimbar dipasang lampu kuning-hijau-merah seperti di MTQ. Hijau mulai bicara, kuning siap-siap, merah berhenti. Begitu Gus Dur selesai pidato, tepuk tangan hadirin membahana. "Bukan karena isi pidato saya hebat;" kata Gus Dur merendah, "tapi karena mungkin mereka kagum: saya tidak bisa melihat lampu-lampu, kok bisa tepat 5 menit.

Giliran Fidel Castro naik mimbar; belum lagi mulai bicara, si jago pidato dari Cuba ini mengeluarkan sapu tangan dan menutup lampu bang-jo di depannya. Kemudian berpidatolah ia seperti biasa, tanpa menggubris batasan waktu.

(www.gusmus.net)
==========================
Kisah Sastrawan dan Politisi

Saat membincang sastra pesantren di sebuah diskusi rutin NU Online, seorang audient mempertanyakan kenapa Arif Mudatsir Mandan (sebagai salah satu pembicara diskusi,red) berpindah dari seorang sastrawan ke politisi (anggota DPR-RI dari PPP,red).

"saya kira alasannya, karena apresiasi masyarakat terhadap penyair atau sastrawan cukup diskriminatif",tanya audient tadi bersemangat.

"dibanding sastrawan, politisi lebih dihargai dalam masyarakat kita. karena secara ekonomi politisi diuntungkan,sedang sastrawan kurang diuntungkan", lanjutnya dengan nada yang cukup sengit

Giliran Arif M. Mandan menjawab pertanyaan yang menyoal dirinya tersebut, dia memberikan contoh bahwa tidak semua masyarakat meminggirkan sastrawan dan mengapresiasi politisi.

Dalam event wisuda sarjana di sebuah perguruan tinggi , seorang dekan yang dikenal cukup apresiatif tanpa pandang bulu meminta para wisudawan yang dapat nilai A untuk berdiri, serentak mereka yang bersangkutan berdiri.

"anda memang luar biasa, bisa mendapatkan nilai A. saya yakin anda semua nantinya akan menjadi para birokrat dan teknokrat handal", kata Dekan tadi seraya diiringi tepuk tangan hadirin.

"bagi wisudawan yang mendapat nilai B, silahkan berdiri", kata bapak dekan

"anda semua adalah orang yang sangat hebat, bisa memperoleh nilai B. saya yakin anda semua akan menjadi seorang pengusaha dan eksekutif muda yang disegani", puji bapak dekan saat yang bersangkutan berdiri, juga diiringi tepuk tangan meriah.

Giliran saat bapak dekan meminta berdiri bagi yang dapat nilai C

"anda semua bukanlah orang sembarangan, bisa mendapat nilai C. saya yakin, dimasa mendatang anda akan menjadi sastrawan dan politisi yang dielu-elukan" kata dekan, lagi-lagi diiringi tepuk tangan yang jauh lebih meriah dibanding sebelumnya.

"sekarang tergantung kita, mau dapat nilai A, B atau C ?", kata Pak Arif mengakhiri. (alf)
==========================

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons