Sabtu, 04 Juni 2011

aspek psikologis pendidikan anak

A. Pendahuluan.
Anak manusia sejak terjadinya konsepsi terus berkembang dan tumbuh, atau mengalami perkembangan sampai mati. Pertumbuhan dan perkembangan anak manusia itu bersifat jamaniah dan rohaniah yang berlangsung secara teratur dan terarah menuju kedewasaan. Antara perkembangan tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses pendidikan. Karena tidak ada proses perkembangan manusia yang lepas dari proses pendidikan.
Tugas pendidikan yang paling utama adalah memberi bimbingan agar pertumbuhan dan perkembangan anak didik dapat berlangsung secara wajar dan optimal, baik pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah.
Salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan adalah faktor psikologis para peserta anak didik. Oleh karena itu para guru sebagai pengajar harus mengetahui kejiwaan anak didiknya. Begitu pula orang tua harus mengetahui kejiwaan anaknya. Karena pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah tapi juga di rumah.








B. Pembahasan.
1. Aspek-Aspek Psikologis Yang Berpengaruh Terhadap Konsep Pendidikan
Aspek-aspek psikologis yang mempengaruhi konsep pendidikan, antara lain: Persepsi, belajar, intelegensi, motivasi, memori, dan berpikir.
a. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya (Fleming dan Levie, 1981). Semua proses belajar selalu dimulai dengan persepsi, yaitu setelah peserta didik menerima stimulus dari lingkungannya. Persepsi ini bersifat relative, selektif, dan teratur. Oleh karena itu, sejak dini siswa atau peserta didik perlu ditanamkan memiliki persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang dipelajari. Ketika persepsi siswa salah terhadap apa yang akan dipelajari, hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan belajar yang akan ditempuh.
Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah:
1). Makin baik persepsi mengenai sesuatu makin mudah siswa belajar mengingat sesuatu tersebut.
2). Perlunya menghindari dari persepsi yang salah, karena akan menimbulkan pengertian yang salah pula.
3). Perlunya berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda yang sesungguhnya, agar siswa mendapatkan persepsi yang kuat.
b. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa, baik ketika ia di sekolah atau di rumah di sekitar keluarganya sendiri.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar seorang siswa. Tapi penulis hanya akan menjelaskan faktor psikologis siswa saja. Diantara faktor-faktor psikologis siswa yang berpengaruh adalah intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Faktor intelegensi dan motivasi akan dijelaskan di bagian belakang setelah pembahasan belajar, karena keduanya juga merupakan aspek psikologis yang berpengaruh terhadap konsep pendidikan.
1) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang dan sebagainya. Baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, baik kepada gurunya atau mata pelajaran yang disampaikan oleh gurunya berpengaruh baik terhadap proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhdap guru dan mata pelajaran yang disampaikannya bisa menimbulkan kesulitan dalam belajar siswa tersebut.
Seorang pendidik yang baik dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran yang diajarkannya. Artinysa seorang pendidik harus senantiasa mencintai psofesinya. Disamping ia menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, ia juga harus mampu meyakinkan anak didiknya akan manfaat bidang studi tersebut bagi kehidupan mereka. Ketika seorang siswa meyakini manfaat dan pentingnya pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, ia akan merasa membutuhkannya. Perasaan butuh inilah yang memunculkan sikap positif terhadap guru dan pelajaran yang disampaikannya.
2) Bakat Siswa.
Bakat(aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang pasti memiliki bakat, yang berarti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Antara bakat dan intelegensi memiliki kemiripan sang sangat dekat sehingga seseorang yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented human, yakni orang yang berbakat.
Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam tehnik komputer misalnya, ia akan lebih mudah menyerap pengetahuan dan berbagai informasi yang berkaitan dengan tehnik komputer dibandingkan dengan siswa lainnya. Ini juga yang disebut dengan bakat khusus (specific aptitude) yang tidak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn ( pembawaan sejak lahir).
bakat seorang siswa jelas sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya pada bidang studi tertentu. Oleh karena itu, orang tua atau guru harus bisa mengarahkan anaknya atau siswanya sesuai dengan bakat siswa tersebut. Pemaksaan terhadap anak, misalnya dalam hal memilih jurusan yang bukan bakatnya, bisa berpengaruh buruk terhadap prestasi belajarnya.
3) Minat Siswa.
Minat ( interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besai terhadap sesuatu. Minat banyak dipengaruhi oleh faktor pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Bagi seorang siswa, mempelajari sesuatu hal yang menarik perhatiannya akan lebih muadah baginya daripada mempelajari hal yang tidak menarik perhartiannya.Minat, keinginan atau kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan siswa. Walaupun ia mempelajari sesuatu, tetapi bila ia tidak mempunyai minat, tidak mau, atau tidak ada gairah untuk mempelajarinya, ia tidak akan bisa menangkap pelajaran tersebut.
c. Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa latin intellegentia. Selanjutnya dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai intelegence. Transisi bahasa tersebut membawa perubahan makna yang mencolok. Intelegence, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut intelegensi (kecerdasan), semula berarti peggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai kekuatan lani. Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru mengartikan intelegensi sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsang atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa yang mempengaruhi intelegensi bukan hanya kualitas otak saja, tapi juga kualitas organ-orggan tubuh yang lain. Walaupun peran otak lebih besar lantaran otak sebagai pengontrol aktivitas organ tubuh yang lain.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa jelas sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa. Artinya, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses. Tapi menurut penulis kecerdasan memeng sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal itu jika kecerdasannya didukung dengan kerajinan siswa tersebut dalam belajar. Sebab kecerdasan tidak ada pengaruhnya lagi bagi siswa pemalas. Bahkan seorang siswa yang rendah kecerdasannya memiliki peluang sukses, jika siswa tersebut rajin dalam belajar, tekun dan tidak mudah menyerah.
d. Motifasi
Motifasi adalah keadaan internal organisme-baik manusia maupun hewan- yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1). Motivasi Intrinsik; 2). Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam siswa sendiri yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Seperti perasaan senang terhadap materi tersebut. Adapun Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang dating dari luar diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan belajar. Seperti pujian gurunya dan hadiah yang diberikan orang tuanya ketika ia berprestasi dalam belajarnya.Ketika kedua motivasi tersebut tidak ada, hal tersebutberpengaruh terhadap semangat siswa mempelajari materi, baik di sekolah maupun di rumah.
Di antara dua motivasi tersebut yang paling signifikan bagi siswa adalah motivasi instrinsik, karena lebih murni dan langgeng tidak tergantung pada dorongan orang lain. Dorongan dari dalam diri siswa seperti senang dan merasa butuh terhadap materi pelajaran pengaruhnya lebih kuat dan langgeng dibandingkan dorongan mendapatkan pujian dari guru atau hadiah dari orang tua.
e. Memori.
Memori yang biasanya diartikan ingatan adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, yang merupakan sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.
Menurut Bruno (1987), memori adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan. Prosesnya sebagai berikut:
Informasi tentang sesuatu---Indera--Short term memori--Pengkodean--Long term memori.
Ditinjau dari sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Semantic memory, yakni memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
2) Episodic memory, yakni memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Menurut Reber (1988) , dalam memori semantik, setelah informasi diterima, ditransformasikan dan diberi kode arti, kemudian informasi tersebut disimpan atas dasar arti itu. Jadi informasi tersebuy disimpan dalam bentuk kode yang memiliki arti, bukan bentuk aslinya. Informasi dari hasil semantic ini bias bertahan dalam waktu yang lebih lama dan dalam situasi yang lebih kompleks. Sedangkan dalam memori episodik, memori tersebut menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh seseorang pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi. Seperti kapan anda ikut MAISA, kemana anda dibawa ketika malam MAISA dan apa yang diberikan teman baik atau kekasih anda ketika anda berulang tahun dan sebagainya.
f. Berpikir.
Berpikir adalah merupakan aktivitas psikis yang intensional, dan terjadi ketika seseorang berhadapan dengan masalah yang harus diselesaikan. Sedangkan definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (1983) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : 1). Pembentukan pengertian, 2). Penjalinan pengertian-pengertian, dan 3). Penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
2. Faktor Psikologis Sejak Anak Berusia Dini (Memori, Konsep Otak, Faktor Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik).
Tugas pendidikan yang paling utama adalah memberi bimbingan agar pertumbuhan dan perkembangan anak didik dapat berlangsung secara wajar dan optimal, baik pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah.
Faktor kejiwaan seseorang terdiri dari perasaan, usaha, pemikiran, pandangan, penilaian, keyakinan, sikap, dan anggapan yang semuanya mempengaruhi dalam tindakannya sehari-hari. Dalam perkembangan anak pengaruh pembawaan dan lingkungan saling berkaitan dan saling melengkapi, tetapi harus diperhitungkan juga adanya pengaruh dari factor psikologis atau rohani anak tersebut. Dengan memahami psikologis seorang anak berarti dapat memahami anak itu. Faktor psikologis anak yang berinteraksi dengan pembawaan dan lingkungan akan membentuk pribadi anak tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa antara proses perkembangan seorang anak dengan proses belajar-mengajar yang dikelola oleh para guru terdapat “benang merah” yang menghubungkan kedua proses tersebut. Sehingga hampir tidak ada proses perkembangan anak didik aik jasmani maupun rohaninya yang terlepas dari proses belajar-mengajar sebagai pengejawantahan proses pendidikan. Mengenai momori sudah dijelaskan dalam aspek psikologi yang berpengaruh terhadap pendidikan, selanjutnya akan dijelaskan mengenai konsep otak, faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Konsep Otak.
Bukan hanya menjadi penggerak aktifitas akal pikiran saja, tetapi otak juga sebagai menara pengontrol aktifitas perasaan dan perbuatan. Sebagai menara pengontrol otak selalu bekerja siang dan malam. Sekali terjadi kerusakan pada otak, martabat manusia hanya berbeda sedikit dengan hewan. Demikianpun orang yang menggunakan kelebihan kemampuan otaknya untuk hal-hal yang dapat merugikan orang lain, martabat orang tersebut bahkan lebih rendah dari hewan. Itulah sebabnya, pendidikan perlu diupayakan agar siswa atau anak didik bias menggunakan kemampuan otaknya secara positif dan berani bertanggung jawab.
Demikian rumit tatanan syaraf yang terdapat dalam otak, sehingga sampai sekarang belum ada yang bisa menyingkap seluruh rahasianya. Memang dari riset-riset yang dilakukan oleh kedokteran syaraf sudah banyak ditemukan tentang fungsi otak. Di antara temuan-temuan riset tersebut yang paling menonjol menyatakan bahwa otak adalah sumber dan menara pengontrol bagi seluruh kegiatan kehidupan ranah-ranah psikologis manusia. Otakpun tidak hanya berpikir dengan kesadaran, tetapi juga berpikir dengan ketidak sadaran. Pemikiran tidak sadar (Unconscious Thinking) sering terjadi pada kita. Seperti bermimpi ketika tidur, mimpi merupakan bentuk berpikir dengan gambar-gambar tanpa kita sadari.
b. Faktor Kognitif.
Istilah Cognitive berasal dari kata cognition yang memiliki makna yang sama dengan knowing, berarti mengetahui. Kognitif secara luas berarti perolehan, penataan, dan pengumpulan pengetahuan (Neisser, 1976). Kognitif ini merupakan salah satu faktor psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.
Faktor kognitif (cipta) merupakan faktor psikologi siswa yang sangat penting. Karena faktor yang berkedudukan pada otak ini merupakan sumber dan juga pengendali faktor-faktor kejiwaan yang lainnya, yaitu faktor afektif (rasa) adan faktor psikomotorik (karsa). Ada dua macam kemampuan kognitif siswa yang perlu dikembangkan, yakni: 1). Strategi belajar memahami isi materi pelajaran, 2). Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya dan dapat menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.
c. Faktor Afektif.
Faktor afektif adalah faktor yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti gembira, sedih, takut, senang, kecewa, benci, was-was, dan sebagainya. Faktor ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karena itu, faktor ini juga sebagai perwujudan perilaku belajar.
Seorang siswa misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyadari dan menyenangi kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, kemudian kesadaran tersebut ia jadikan sebagai “sistem nilai diri” dan nilai ini ia jadikan sebagai pedoman dalam hidupnya.
d. Faktor Psikomotorik.
Kecakapan psikomotor ialah segala pekerjaan jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya terbuka. Namun, kecakapan psikomotot tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa atau anak didik merupakan manifestasi wawasan dan kesadaran serta sikap mentalnya.
Pada penjelasan faktor kognitif sudah dijelaskan bahwa faktor kognitif berpengaruh terhadap faktor –faktor yang lainnya. Hal tersebut dapat dicontohkan pada siswa yang berprestasi baik dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, Istighosah dan dirosah. Dia juga tidak segan-segan memberi bantuan kepada orang yang memerlukan seperti meminjamkan uang pada teman yang telat kiriman uangnya. Sebab, ia merasa member bantuan tersebut merupakan kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).
C. Penutup.
Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor. Salah satunya adalah faktor psikologis yang merupakan faktor internal. Walaupun faktor-faktor yang lain penting tapi tidak dapat dipungkiri bahwa faktor psikologis memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pendidikan.
Dengan mengetahui faktor psikologis atau kejiwaan anak didik dapat diketahui pula konsep pendidikan yang sesuai dengan mereka. Faktor psikologis tersebut diantaranya persepsi, belajar, intelegensi, motivasi, memori, berpikir. Juga faktor kognitif, afektif, psikomotorik dan masih banyak lagi. Semua faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.



D. Referensi.
Muhaimin, 2004, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah, 2005, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamzah, 2006, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmadi, Abu, 2009, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Ahmadi, Abu, Nur Uhbiyati, 2001, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rinelka Cipta

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons