Pendidikan Menurut Lukman Hakim
Oleh: Mufarrihul Hazin
A. Pendahuluan
Didalam islam, pendidikan anak menempati posisi yang sangat penting. Halini dapat dibuktikan dengan banyaknya ayat-ayat Al-Qu’an maupun hadits yang membahas tentang pentingnya pendidikan anak, antara lain:
Abdullah nashih ulwan menyatakan bahwa islam telah membebani orang tua suatu tanggungjawab yang sangat besar didalam mendidik anak. Bahkan mengancam mereka dengan adzab yang berat, jika melakukan pengkhianatan dan menepelekan tanggungjawab pendidikan tersebut.
Dalam rangka menjalankan perintah Allah SWT dan rasulullah untuk mendidik anak, maka setiap orang tua muslim membutuhkan suatu pedoman untuk mendidik putra-puri mereka agar tumbuh menjadi seorang muslim atau muslimah yang dikenal dengan istilah insane kamil. Sedangkan pedoman utama dalam pendidikan anak bagi umat islam adalah A-qur’an dan al-hadits.
Menurut hemat penulis, diantara ayat-ayat Al-Qu’an yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mendidik anak adalah wasiat-wasiat luqman al-hakim kepada putranya yang ada dalam surat luqman ayat 12-19. Luqman al-Hakim merupakan salah satu suri tauladan diantara para bapak yang sangat memperhatikan pendidikan anak. Baik pendidikan ruhiyah maupun jismiyah, mental maupun badan. Bahkan namanya menjadi salah satu nama surat di dalam Al-Qu’an. Oleh karena itu, penulis tertarik dan bermaksud untuk menuliskan konsep pendidikan luqman ini berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh para mufassir dan para tokoh pendidikan islam
B. Pengertian Pendidikan Anak
1. Definisi pendidikan
Para ahli pendidikan islam belum menemui kata sepakat dalam definisi “Pendidikan” menurut perspektif islam, hal ini disebabkan oleh: pertama, banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut kegiatan pendidikan; kedua, luasnya aspek yang dibina dalam pendidikan.
Pengertian pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah al-ta’dib, al-ta’lim dan al-tarbiyah .
Menurut Abdurrahman al-nahlawai pendidikan islam adalah pengaruh pribadi dan masyarakat yang karenanya dapat memeluk islam sacara logis dan sesuai secara keseluruhan, baik dalam kehidupan individu maupun kolektif .
2. Pengertian anak
Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian anak mencakup delapan arti, yaitu
Sedangkan menurut pandangan islam eksistensi anak dalam keluarga ditampilkan Al-Qu’an dalam fungsi dan peran yang variatif. Keberadaan anak dalam keluarga mengandung banyak sisi yang harus menjadi perhatian orang tua. Ada 4 macam tipologi anak menurut Al-Qu’an, yaitu: (1) anak sebagi penentram jiwa (qurrat al-a’yun); (2) anak sebagai cobaan dan fitnah; (3) anak sebagai perhiasan hidup di dunia; (4) anak sebagai musuh orang tua .
C. Tujuan Pendidikan Anak Menurut Lukman Al-Hakim
Dari beberapa tinjauan munasah (keterkaintan) dalam surat luqman ayat 12-19 dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan luqman pada mulanya adalah membentuk manusia yang mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apupun juga. Ketauhidan kepada Allah selanjutnya memiliki beberapa konsekuensi sebagaimana yang dikemukakan ole K.H Hasyim Asy’ari sebagai berikut :
Ketauhidan mewajibkan adanya keimanan, maka barang siapa yang tidak mempunyai keimanan berarti ia tidak mempunyai ketauhidan. Keimana mewajibkan pelaksanaan syari’at, maka barang siapa yang tidak melaksanakan syari’at, berarti dia tidak mempunyai keimanan. Pelaksanaan syari’at mewajibkan adanya adab (akhlaq) maka barang siapa tidak mempunyai akhlaq, berarti dia tidak mempunyai syari’at, keimanan dan ketauhidan dalam dirinya .
Berdasarkan keterangan tersebut bahwa tujuan pendidikan menurut luqman adalah membentuk manusia yang beriman, islam dan berakhlaq, karena ketiga-tiganya merupakan satu-kesatuan yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan antara yang saTu dengan yang lainnya.
1. Membentuk Pribadi Yang Beriman
Tujuan untuk membentuk pribadi islam diwakili oleh ayat 13-16. Pada ayat 13 luqman melarang putranya untuk menyekutukan Allah SWT. Kemudian disusul dalam penghujung ayat 14 yang menjelasakan tentang pasti adanya hari akhir, seedangkan dalam penghujung ayat 15 menerangkan adanya hari pembalasan. Meskipun posisi ayat14-15 sebagai ayat penyela, namun menurut Imam Al-Thabari kandungan kedua ayat ini selaras dengan materi dan tujuan pendidikan luqman.
Tujuan membentuk pribadi yang beriman juga tampak dalam ayat 16 yang menunjukan sifat-sifat Allah SWT. Dari sini sudah jelas bahwa tujuan luqman mendidik putranya adalah agar mempunyai keimanan yang kuat dan kokoh dengan cara mentauhidkan Allah, iman pada hari akhir dan mengetaui sifat-sifat Allah SWT serta maha mengetahui dan maha kuasa-Nya.
2. Membentuk Pribadi Yang Islam
Tujuan untuk membentuk pribadi islam diwakili oleh ayat 17, yakni perintah sholat. Dr. Wahba Zuhaili menafsiri ayat ini sebagi berikut : ayat ini adalah perintah untuk melakukan amal shalih yang dapat menetapkan ketauhidan, yakni shalat yang dilaksanakan secara ikhlas semata-mata karena Allah SWT; mendirikan shalat dengan menyempurnkan ketentuan, rukan dan syaratnya karena shalat adalah tiang agama dan bukti keimanan kepada Allah sebagai lantaran taqarrub kepada-Nya maka shalat tersebut dapat membantu untuk menjauhi keji dan mungkar serta membersikan hati .
Selain itu, dalam ayat 17 juga luqman memerintah putranya untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, karena perintah ini membawa beberapa konsekuensi, yaitu: menyuruh mengerjakan ma’ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya. Karena tidak wajar kalau menyuruh tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Demikian juga melarang, menuntuk agar yang melarang tersebut untuk menjauhkan dirinya dari yang mungkar tersebut. Itulah mengapa luqman tidak memerintahkan anaknya untuk melaksanakan ma’ruf dan menjauhi yang mungkar, tetapi memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar. Disisi lain, membiasakan anak melaksanakan tuntutan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan dan kepedul;ian sosial . Dengan demikian perintah amar ma’ruf nahi mungkar ini, bertujuan menbentuk manusia yang islam sekaligus ihsan, yaitu pribadi yang shalih dan berusaha membuat orang shalih.
3. Membentuk Pribadi Ihsan
Tujuan membentuk manusia yang ihsan juga terdapat pada ayat 17 yaitu memerintahkan untuk bersabar. Kemudian dalam pendidikan luqman ini, materi akhlaq yang dibidik adalah syukur, berbakti pada orang tua, muraqabah, sabar, tawadu’ dan bersikap sederhana. Penerapan akhlaq-akhlq terpuji ini dalam keseharian diharapakan dapat menjadikan golongan muhsinun (orang-orang baik).
Dari beberapa argument yang kuat bahwa pendidikan luqman bertujuan untuk membentuk muslim sejati, yaitu orang musli yang mempunyai keimanan yang kokoh, kemudian keimanan tersebut dibuktikan dengan amal shalih dan akhlaq terpuji baik kepada Allah maupun kepada sesame makhluk-Nya.
Sebagai bahan perbandingan, berikut ini penulis sajikan pendapat tokoh tentang tujuan pendidikan. Menurut Imam Al-Ghazali tujuan pendidikan akhir ada dua, yaitu tercapainya kesempurnaan insane yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT dan kesempurnaan insan yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan ini tampak bernuansa religius dan moral serta tidak mengabaikan masalah duniawi.
D. Materi Pendidikan Anak Menurut Lukman Al-Hakim
Materi pendidikan luqman al-hakim dalam surat luqman ayat 12-19 sangat perlu untuk diperhatikan. Ibnu asyur berpendapat bahwa nasihat lukman itu menyangkut masalah syaria’ yaitu : aqidah, amal, etika sosial, etika pribadi . Sedangkan wahba zuhaili berpendapat bahwa wasiat luqman kepada putranya disini memuat pokok-pokok aqidah, syariah dan akhlaq. Jadi materi utama pendidikan luqman adalah iman, islam dan ihsan.
1. Materi Keimanan
1.1. Mentauhidkan Allah Dan Jangan Menyekutukan-Nya
Materi ketauhidan dalam pendidikan luqman tertera dalam ayat 13, yakni larangan untuk berbuat syirik yang berimplikasi pada perintah untuk mentauhidkan Allah SWT. Materi ketauhidan merupakan pokok keimanan dalam islam, bahkan ketauhidan Allah itu diakui oleh segala golongan (firqah) di lingkuang islam .
Menurut para mutakkallimin (ulama’ ahli kalam) ke-Esa-an Allah itu menyakup tiga macam kategori:
1.1.1.1 Wahdaniyah Al-Dzat (ke-esa-an dzat-Nya) artinya : Dzat Allah tidak terdiri dari komponen-kompone atau dari kesatuan oknum.
1.1.1.2 Wahdaniyah Al-Shifat (ke-esa-an dalam sifat-Nya) artinya : tidak ada yang menyamai sifat-sifat Allah SWT.
1.1.1.3 Wahdaniyah Al-Af’al (Ke-esa-an dalam karya-Nya) artinya: Allah SWT tidak perlu mitra kerja dan tidak ada yang dapat menyamai karya-Nya .
1.2. Beriman Pada Hari Akhir
Materi keimanan juga terdapat dalam penghujung ayat 14-15 yang menceritakan adanya hari akhir ( ) serta tentang adanya hari hisab. Materi keimanan tersebut secara implicit juga menyangkut hal-hal yang terjadi dalam kehidupan akhirat nanti, seperti kebangkitan dari kubur, berkumpul dipadang mahsyar, adanya mizan, shirat, surga dan neraka.
Perintah beriman kepada Allah yang diikuti dengan iman pada hari akhir sering kali digunakan dalam Al-Qu’an, antara lain: Surat Al-Baqarah : 177; Ali-Imran : 114; Al-Nisa’: 49,162; Al-Maidah: 69; Al-An’am : 92; Al-Taubah : 44; Al-Mujadalah : 22 Dan Al-Thalaq : 2 .
1.3. Pengenalan Nama-Nama Allah dan Contoh Kekuasaan-Nya
Materi keimanan dalam surat luqman ayat 12-19 juga mencakup pengenalan beberapa nam Allah SWT (ayat 16). Nama-nama Allah yang tertera dalam ayat 16 ( ) merupakan bagian dari al-asma al-husna yang berjumlah 99 yang disarikan dari Al-Qu’an, hadits shahih maupun ijma’ .
Materi pendidikan keimanan selanjutnya disempurnakan dengan men-datangkan contok kekuasaan Allah SWT (ayat 16) yang berkuasa untuk mendatangkan setiap amalan, sekecil apapun dan terletak di tempat tersembunyi sekalipun.
2. Materi Keislaman
2.1 Perintah Mendirikan Shalat
Materi pendidikan tentang keislaman atau ibadah dalam surat luqman ayat 12-19 diwakili oleh ayat 17 tentang perintah mendirikan shalat.
Abu hayyan mengaitkan materi keislaman dengan materi keimanan sebelumnya sebagai berikut : setelah luqman melarang putranya untuk berbuat syirik kepada Allah SWT, lalu memberitahukan tentang sifat ‘ilmu dan qudrat-Nya, selanjutnya luqman memerintahkan putranya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah. Luqman memulai dengan ketaatan yang paling utama yaitu shalat kemudian dilanjutka dengan amar ma’ruf nahi mungkar dan perintah sabar .
2.2 Melakukan yang Ma’ruf dan Meninggalkan yang Mungkar
Materi pendidikan keislaman juga tercermin dalam perintah amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana keterangan sebelumnya, perintah amar ma’ruf nahi mungkar ini membawa beberapa konsekuensi, yang salah satunya adalah orang yang bersangkutan harus mengerjakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar terlebih dahulu.
3. Materi Ihsan
3.1 Ihsan dan Akhlaq Pada Allah
3.1.1 Bersyukur Pada Allah SWT
Materi pendidikan ihsan atau akhlaq yang terdapat dalam surat luqman ayat 12-19 merupukan hal-hal yang dinilai paling penting. Dalam ayat 14 trdapat materi akhlaq kepada Allah, yaitu perintah bersyukur kepada Allah SWT. Adapu pengertian syukur itu sendiri adalah bersekutunya dua kepemilikan. Menurut pendapat yang lai, syirik adalah suatu perkara dimiliki oleh dua pihak atau lebih, baik secara fisik maupun non fisik.
3.1.2 Berbakti Kepada Orang Tua
Setelah Allah menyebutkan isi wasiat luqman kepada putranya, yaitu bersyukur dan melarang berbuat syirik, selanjutnya Allah SWT mengikutinya dengan wasiat kepada anak agar berbakti kepada kedua orang tuanya, karena mereka berdua adalaha sebah adanya dia di dunia. sebagaimana yang disebutkan dalam Al-qu’an:
Musthafa Al-Maraghi menafsiri ayat ini sebagai berikut: kami mengikat janji kepadanya (setiap mausia) agar dia bersyukur kepadaku atas segala ni’mat yang telah aku anugrahkan kepadamu. Serta berterima kasih kepada kedua orang tuanya karena mereka merupakan sebab keberadaanmu, yang memperbaiki pendidikanmu dan mengasuhmu dengan senantiasa menanggung beban sampai kamu dewasa .
3.2 Ihsan Dan Akhlaq Pada Orang Lain
3.2.1 Tawadu’
Tafsir ayat ini adalah dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari orang lain, janganlah engkau angkuh dan sombong kepada mereka sebagaiman yang dilakukan olrh oaring yang terbujuk, namun hendaklah engkau lemah lembut dan rendah hati (tawadu’)
Sikap tawadhu’ juga ditunjukan dengan cara tidah bersikap angkuh ketika berjalan sebagaimana ayat sesudahnya:
3.2.2 Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Musthafa Al-Maraghi setelah luqman memrintahkan putranya menyempurnakan dirinya sendiri dengan memenuhi hak-hak Allah SWT, selanjutnya diikuti dengan penyempurnaan untuk orang lain, melalui amar ma’ruf nahi mungkar .
Ma’ruf dan mungkar sudah menjadi kesepakatan umum untuk masyarakat, maka sudah sewajarnya jika ma’ruf itu diperintah dan mungkar itu dicegah, demi menjaga keutuhan masyarakat dan keharmonisanya.
3.3 Ihsan Dan Ahklaq Pada Diri Sendiri
3.3.1 Bersabar
Menurut Sayyid Tanthawai, tafsir ayat tersebut adalah bersabarlah atas kesulitan yang menimpamu. Kerena sesungguhnya kehidupan ini dipenuhi dengan kesulitan-kesulitan dan fitnah, karena kehidupan yang sejahtera hanya ada di surga semata .
Wahbah zuhaili berkata: ayat diatas adalah perintah agar bersabar dalam menghadapi musibah, kesulitan dan kesakitan yang dialami. Salah satunya adalah bersabar ketika melakukan nahi mungkar, karena merubah kemungkaran terkadang mendatangkan kesakitan bagi orang yang melakukannya .
Jadi wasiat luqman ini dimulai dengan shalat, lalu menutuonya dengan sabar, karena keduanya adalah media memohon pertolongan kepada Allah SWT. Sebagaiman firman Allah :
3.3.2 Sederhana
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. 31: 19). Di bagian akhir nasehat Luqman kepada anaknya adalah hasungan untuk bertindak-tanduk dan bertutur kata yang sopan dan sederhana. Mengapa sikap tersebut demikian penting? Tidak lain karena sikap sederhana menghindarkan manusia dari iri dengki yang membawa permusuhan. Bukankah banyak permasalahan hidup yang timbul gara-gara dipicu sikap atau tutur-kata yang berlebih-lebihan dan menyakitkan
Sebagai bahan Perbandingan terhadap materi pendidikan menurut luqman ini, penulis sajikan pendapat tokoh ternama, yaitu ibn miskawai. Ibnu miskawai menyebutkan ada tiga hal pokok yang menjadi materi pendidikan, yaitu: pertama hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh manusia. Seperti shalat, puasa, dll. Kedua hal-hal yang wajib bagi jiwa, seperti aqidah yang benar, mentauhidkan Allah, dll. Ketiga hal-hal yang wajib bagi hubungannya dengan sesama manusia. Seperti ilmu mu’amalat, pertanian, pernikahan, dll .
E. Metode Pendidikan Anak Menurut Lukman Al-Hakim
1. Metode Keteladanan
Metode keteladanan yang diterapkan oleh luqman ini berdasarkan pemahan terhadap penafsiran al-biqa’I yang menyatakan bahwa pengertian hikmah adalah ilmu yang diperkuan oleh amal dan amal yang didukung dengan ilmu . Dengan demikin, materi pendidikan yang diberikan oleh luqman kepada putranya, sudah tentu dilandasi dengan ilmu dan sudah diamalkan.
Penggunaan metode keteladanan disebabkan oleh faktor psikologis bahwa murid-murid itu cendrung meneladani atau mencontoh pendidiknya. Dan hal ini sudah diakui oleh semua ahli pendidikan, baik dari barat maupun dari timur . Bahkan menurut Abdullah Nasih ‘ulwan berkesimpulan bahwa metode keteladanan adalah metode yang paling berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak didik .
2. Metode Mau’idzah
Metode nasihat yang dipakai oleh luqman berdasarkan pemahan terhadap ayat 13, yaitu pada lafadz……. Metode mau’idzah dalam pendidikan luqman ini diterapkan dengan penuh kasih sayang sebagaimana pemahaman terhadap panggilan mesra luqman pada anaknya. Penggunaan fiil mudhari’ mengisyaratkan bahwa mau’idzah itu seharusnya dilakukan terus-menerus, dari waktu ke waktu .
Al-Mawardi menyampaikan bahwa seorang pendidik harus tampil sebagai penyayang, menurutnya secara psikologis, setiap manusia lebih suka diperlukan dengan carayang lembut dan halus dari pada diperlakukan secara keras dan kasar .
Ada kunci sukses menetapkan metode nasihat ini, yaitu: pertama, yang member nasihat merasa terlibat dalam isi nasihat itu. Kedua, yang member nasihat harus merasa prihatin terhadap orang yang dinasihati. Ketiga, yang menasihati harus ikhlas. Keempat, nasihat harus dilakukan secara berulang-ulang .
3. Metode Diskusi (Hiwar)
Metode diskusi yang digunakan luqman dalam pendidikannya berdasarkan beberapa argumentasi yang diberikan oleh luqman, seperti pada ayat 13 ketika luqman melarang putranya untuk menyekutukan Allah SWT, sudah tentu dalam benak putranya terbesit sebuah pertanyaan “wahai ayah, mengapa aku tidak boleh menyekutuka Allah?” luqman pun menjawab: “ karena sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang amat besar”.
Menurut Ibnu Sina, metode diskusi dapat dilakukan dengan cara penyajian pelajaran kepada siswa yang dihadapakan pada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Ibnu sina menggunakan metode ini untuk pengajaran penetahuan yang bersifat rasional dan teoritis .
4. Metode Perumpamaan
Dalam surat luqman ayat 12-19 ada dua bentuk perumpamaan yaitu, ayat 16 dan ayat 19. Pada ayat 16 ada contoh (tamtsil) untuk menjelaskan tentang keluasan ilmu Allah SWT, yang meliputi segala sesuatu , baik yang besar maupun yang kecil, yang agung maupun yang hina, dan Allah maha mengetahui terhadap sesuatu yang paling kecil dan berada di tempat paling tersembunyi. Sedangkan ayat 19 adalah isti’arah tamtsiliyah, yaitu menyerupakan orang-orang yang mengeraskan suaranya (dengan berlebih-lebihan) dengan keledai .
Penggunaan metode amtsal ini mempunyai beberapa kelebihan sebagaiman paparan al-nahlawi berikut ini: pertama, mempermudah memahami konsep yang abstrak. Kedua, perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. Ketiga, perumpamaan sebagai metode pendidikan harus logis, dapat dipahami dan memperjelas konsep. Keempat, amtsal Al-Qu’an dan nabawi memberi motivasi kepada pendengar untuk berbuat baik dan menjauhi kejahatan. Jelas hal ini amat penting dalam pendidikan islam .
F. Penutup
Berdasarkan beberapa paparan diatas, penulis memperole beberapa kesimpulan terkait dengan pendidikan anak menurut luqman al-hakim yang terdapat dalam surat luqman ayat 12-19, sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan luqman adalah membentuk pribadi yang mempunyai aqidah dan imam yang kokoh, islam yang benar dengan bukti gemar beribadah serta ihsan yang konprehensif, yaitu berakhlaq terpuji kepada Allah SWT, kedua orang tua, orang lain dan diri sendiri. Sehingga menjadi insan kamil, yaitu shalih secara spiritual dan sosial sekaligus.
2. Materi pendidikan luqman mencakup dasar-dasar aqidah dan keimanan (menjauhi syiruk, iman pada hari akhir dan mengetahui nama-nama Allah), dasar-dasar ibadah (shalat dan berbuat ma’ruf), serta dasar-dasar akhlak terpuji, baik kepada Allah SWT (bersyukur dengan cara bertaqwa kepada-Nya), kepada orang tua (berbakti dan mempergauli mereka dengan baik), kepada diri sendiri (bersikap sabar dan sederhana), kepada orang lain (amar ma’ruf nahi mungkar dan bersikap tawadhu’ serta tidak angkuh dan sombong)
3. Metode yang digunakan luqman mencakup beberapa metode yang terbukti sukses hingga saat ini, yaitu metode keteladanan melalui keyakinan, perkataan dan perbuatan, metode mau’idzah yang diberikan secara lemah lembut dan disertai dengan peringatan serta terus-menerus, metode diskusi (hiwar) melaui argumentasi yang benar dan meyakinkan, dan metode amtsal (perumpamaan) dengan mendatangkan contoh-contoh yang mudah difahami.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad, 2005, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya
‘Ulwan, Abdullah Nasih, 1978, Tarbiyah Al-Aulad Fi Islam, Bairut: Dar Al-Salam.
Shabuni, Ali Al-, 2001, Shafwah Al-Tafsir, Bairut: Dar Al-Jil.
Nata, Abudin, 2003, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Tanthawi, Sayyid, 1998. Al-Tafsir Al-Washit Li Al-Qu’an Al-Karim, Bairut: Dar Al-Fikr.
Zuhaili, Wahbah, 2000, Al-Tafsir Al-Wasith, Damaskus: Dar Al-Fikr
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, 1974, Tafsir Al-Maraghi, Bairut: Dar Al-Fikr
Shihab, Quraish, 2006, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati
‘Asyur, Muhamad Al-Thahir Ibn, Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir, Tunis: Dar Suhun
Zuhaili, Wahbah,1998,Al-Tafsir Al-Munir, Bairut:Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir
Uhbiyati, Nur, 1998, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia
Sofyan, Sori, 2006, Kesalehan Anak Didik, Yogyakarta: Fajar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar